Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (KPTPH) Provinsi Lampung mencatat stok beras di daerahnya mengalami surplus 766.536 ton pada awal tahun.
“Ketersediaan beras untuk Februari-Mei 2025 berjumlah 1.051.067 ton, sedangkan kebutuhan ada 284.531 ton. Jadinya, ada surplus 766.536 ton,” ujar Kepala Dinas KPTPH Provinsi Lampung Bani Ispriyanto di Bandarlampung, Lampung, Kamis.
Ia mengatakan untuk harga rata-rata provinsi untuk beras pada Januari 2025 berkisar Rp12.209-Rp12.975 per kilogram.
“Untuk terus menjaga produktivitas pertanian, harga dan ketersediaan beras, maka telah dilakukan beberapa hal seperti percepatan tanam padi untuk masa tanam per kabupaten serta kota,” katanya.
Kemudian, pemanfaatan sumber daya air yang tersedia melalui program pompanisasi, pipanisasi, waduk, embung, sumur dangkal, dam parit, dan longstorage.
“Lalu ada juga pemanfaatan lahan rawa lebak, lahan tadah hujan, dan lahan kering untuk tanam padi. Serta ada juga pemanfaatan lahan pekarangan untuk pangan lokal,” ucap dia.
Ia menjelaskan dengan pihak terkait akan juga dilakukan pemantauan untuk mengetahui ketersediaan dan harga pangan pada sentra produksi serta pasar tradisional.
“Selain itu, bersama pihak terkait akan dilakukan koordinasi dengan distributor untuk menjaga ketersediaan stok pangan. Dan, mengadakan gelar pangan murah komoditas pangan strategis dengan melibatkan pelaku usaha,” tambahnya.
Dia mengharapkan dengan mulainya panen di beberapa lokasi pada Februari akan terus menambah ketersediaan beras bagi konsumsi masyarakat.
“Februari ini sudah mulai panen sedikit-sedikit, kalau untuk panen raya di Maret-April. Semoga stok beras makin meningkat dengan ini,” ujar dia lagi.
Sebelumnya Lampung juga telah menetapkan target luas tambah tanam (LTT) padi pada 2025 mencapai 1,03 juta hektare dalam rangka mendukung program swasembada pangan nasional. (antaranews/ruth)
